Ilustrasi |
Trend Berita, Jakarta - Pada saat ini, keuangan syariah sedang naik daun. Tidak hanya di Indonesia, keuangan syariah cukup diminati di sejumlah negara.
Sayangnya, sistem keuangan ini masih kekurangan sumber daya manusia (SDM) berkualitas. Masalah ini melanda hampir seluruh negara yang menerapkan keuangan syariah baik kawasan Timur Tengah, Asia Tenggara, maupun daerah-daerah yang baru berkenalan sistem ini seperti Afrika.
Dilansir dari Gulf Times, sebagai contohnya, negara kawasan Teluk masih kekurangan 8 ribu-10 ribu orang yang bekerja di sektor keuangan syariah mulai dari aspek keuangan, legal, hingga teknologi keuangan. Badan Akreditasi Keuangan Malaysia telah memprediksikan industri keuangan syariah memerlukan 56 ribu SDM pada setiap tahunnya.
CEO Badan Akreditasi Keuangan Malaysia, Amat Taap Manshor, mengatakan ada enam negara pasar inti perbankan syariah, yaitu Qatar, Indonesia, Arab Saudi, Malaysia, Uni Emirat Arab, dan Turki. Total aset perbankan syariah di enam negara ini diprediksi mencapai US$1,8 triliun (Rp24.006 triliun) pada 2019.
“ Tetapi, industri keuangan syariah, terutama di pasar modal syariah, masih kekurangan modal SDM,” kata Manshor.
Dia meminta instansi pemerintah yang bertugas mengembangkan keuangan syariah untuk fokus pada pengembangan SDM. Ada banyak yang melakukannya, seperti perusahaan keuangan syariah yang berbasis di Bahrain melalui program pengembangan bakat keuangan syariah.
BACA JUGA: Chamberlain Resmi Merapat Ke Anfiled
Lalu, Inggris yang menyediakan pendidikan keuangan syariah di 70 institusi pendidikan. Program pelatihan dan pendidikan seperti ini biasanya menyediakan berbagai macam pokok keuangan syariah, termasuk pasar modal syariah, sistem keuangan syariah, dan tata kelola perusahaan syariah.
“ Institusi pendidikan keuangan syariah perlu terlibat secara langsung dalam merancang modul keuangan syariah karena program harus sesuai dengan kebutuhan industry tertentu,” kata Manshor.
Sebuah survei yang dilakukan Malaysian International Financial Center tahun lalu menunjukkan ada tiga kesenjangan kompetensi teratas di antara keuangan syariah mencakup keahlian, inovasi dan pengembangan produk syariah, serta pengetahuan keuangan syariah teknis.
Sebagai contoh, pasar modal syariah di Malaysia kekurangan SDM yang berkualitas. Akibatnya, pasar modal syariah kekurangan instrumen keuangan syariah, seperti sukuk yang berkualitas tinggi. Sebaliknya, ada terlalu banyak sukuk yang dirancang dengan buruk dan mendapatkan peringkat di bawah BBB.
“ Ini bisa menjadi ancaman besar bagi pertumbuhan industri masa depan sekaligus membatasi potensi kenaikan di pasar sukuk,” kata mantan pimpinan Malaysian Institute of Accountants, Faiz Azmi.
Sumber: Dream
Tidak ada komentar:
Posting Komentar